Berlariku, mencarimu... dalam tanya yang tak kunjung berhenti mencuat
A poem for the one
who got away...
Awan hitam, untuk
kesekian kalinya dia bertamu
Memasuki ruang
hati yang berselimut biru
Membawa rangkaian
kata-kata manismu dalam kenangan
Aku kini tahu, ia
datang hanya untuk meluluhlantahkan semuanya
Sengaja berkawan
lindu
Untuk menggetarkan
rindu pada sendi-sendi tulangku
Lalu bertanyaku
padanya, dimanakah dia?
Bersembunyi di
semak-semak, jawabnya
Dan berlariku
menelusuri belukar yang kian menguning
Nihil.
Aku mendongak,
kutatapnya
Mungkinkah dia
datang kembali?
Sang awan tertawa
dan berkata, pertanyaan retoris
Aku lantas
bergeming, retoris?
Masihkah kau
membutuhkan jawaban atas pertanyaamu itu?
Atau haruskah aku
menimpalimu batu supaya kau kunjung sadar?
Tanyanya, sarkastik
Derai hujan turun
tak lama setelahnya, mengalir melalui pelupuk mataku
Tak kuhiraukan
gurauan sang awan
Berlariku menembus
remang-remang cahaya mentari
Menerobos alas,
menuju bukit dimana kau ada ketika
kumencari
Namun nihil.
Barulah kini sadar
Tanyaku memang
sepenuhnya retoris
Aku kini mengerti
Bahwa kau memang
telah sirna sepenuhnya
Dari panggung
kehidupan tempatku bernaung
Membawa serta semua
masa yang kunantikan kembali kehadirannya
Mengecewakan hati
yang ingin merengkuhmu dalam balutan rindu terdalam
Maka kini ijinkanlah
aku memelukmu, walau hanya dalam hablur
Dan meraba hadirmu,
walau hanya dalam rangkaian kata
0 comments:
Post a Comment