![]() |
Sebuah tulisan mengenai perjalanan cinta dari masa ke masa... |
“Aku suka
kamu, loh.” Kata si A kepada si B.
“Aku juga
suka kamu.”
“Oke, kita
pacaran ya!”
Cuplikan
percakapan diatas adalah contoh percakapan yang sering gue dengar antara dua
anak kecil yang lagi dimabuk asmara.... Hahahaha. Ya, percaya atau tidak, sewaktu
kita kecil semua hal tampak sederhana, tak terkecuali cinta. Cinta di masa
kecil kita hanya berbicara mengenai rasa. Ketika seorang anak kecil menyukai
lawan jenisnya, tanpa ragu dia akan mengutarakan perasaannya secara gamblang.
Seperti di suatu
hari, saat gue masih TK, ada seorang teman laki-laki yang ditanyai mamanya,
“temen di kelas yang kamu suka siapa?”
Dan dengan
polosnya dia menjawab, “aku suka sama Sita” Hahaha
(Hey kamu yang ada di cerita ini, jangan
ketawa ya kalo baca :p)
Begitulah
kita di masa kecil. Cinta atau rasa suka yang kita miliki begitu egois, namun
sarat makna dan sangat murni. Dia belum mengenal apa itu perbedaan, belum cukup
tahu persepsi orang lain terhadap suatu hubungan, tidak peduli mengenai jarak.
Cinta di
masa kecil hanya berbicara tentang tiga hal; aku, kamu, dan kita. Dia tidak
berbicara mengenai orang lain di sekeliling. Dia tidak menimbang-nimbang. Dia
pasti dan mutlak.
Namun apakah
kalian sadar? Bahwa kesederhanaan cinta
di masa kecil lambat laun memudar dan berubah menjadi kompleks seiring bertambahnya
usia kita.
Memasuki
masa remaja, kita mulai mengenal apa itu obsesi. Ada nggak yang pernah suka
sama kakak kelas hanya karena mereka ganteng/cantik? Lalu mulai mencari-cari
nomer handphone mereka, mencari-cari foto pribadi mereka, bahkan mengorek
informasi tentang mereka dari teman dekat mereka. Gue cukup yakin hampir semua
orang pasti pernah memasuki fase ini. Fase yang cukup kompleks, dimana kita
mulai memperhatikan orang lain, dan
(mungkin) tanpa diperhatikan balik oleh orang yang kita suka.
Fase dimana kita
mulai berkenalan dengan realita; bahwa
terkadang apa yang kita impikan tidak akan bisa terwujud. Kadang kita
berharap memiliki orang yang cintai, namun Tuhan berkata tidak. Maka kita pun harus belajar mengalahkan ego
kita. Kita harus belajar menerima kenyataan pahit dan tidak memaksakan hal yang
kita inginkan. Pahit ya? Iya. Itu sedikit gambaran kecil mengenai cinta di
masa dewasa.
Lalu
bagaimana dengan orang yang tepat disaat yang tidak tepat?
Ketika kecil
kita tidak pernah memikirkan latar belakang atau berbagai kemungkinan mengenai
orang yang kita suka. Kita tidak pernah memikirkan apakah dia orang yang tepat
atau apakah rasa suka kita hadir di saat yang tepat atau tidak. Yang kita tahu,
kita menyukainya. Titik. Bukankah demikian?
Tapi semakin
kita bertumbuh, maka kita akan berkenalan dengan pertimbangan.
Gue suka dia... Tapi gue punya pacar. Gimana
ya? Kan kasian juga kalo gue ninggalin pacar gue tiba-tiba.
Gue suka dia.. Dia itu kayak orang yang
tepat buat gue. Tapi apakah orang tua gue bakal setuju kalo tau background
keluarga dia?
Gue suka dia... Dia juga suka gue. Tapi
temen gue suka sama dia. Gue harus pilih yang mana dong? Kan gue harus jaga
perasaan dua orang.
Pernah
mengalami situasi dilematis di atas? Dimana cinta kita kepada seseorang menjadi
tidak pasti karena satu dan lain hal...
Dimana kita mulai mengenal rasa
kehilangan...
Dimana kita mulai memberikan air mata kita untuk orang yang kita
cintai...
Dimana menyatakan cinta tidak sesederhana mengucap kata...
Dan dimana
rasa cinta tidak lagi berkisar tentang aku, kamu dan kita. Tetapi ada pula
mereka.
Cinta di
masa dewasa memang menawarkan begitu banyak pelajaran. Ada orang yang
memberikan sedikit pelajaran, ada yang memberikan banyak sekali pelajaran. Ada
yang menyisakan sedikit kenangan hingga sangat mudah untuk dihapus, ada pula
yang memberi kita setumpuk kenangan hingga kenangan itu menghantui hari-hari
kita. Mungkin ada juga... orang yang mendiami satu bagian kecil di hati kita,
tanpa pernah bisa beralih. Orang yang mungkin menyisakan jejak paling dalam di
hati kita. Orang yang mungkin kehadirannya dulu sangat berkesan untuk kita. Biarkan
saja... masih ada celah-celah lain di hati kita untuk orang-orang baru, bukan?
Cinta di
masa dewasa mengenalkan kita pada begitu banyak luka. Tapi gue percaya, luka
tersebut nggak dihadirkan untuk membuat kita skeptis pada cinta. Juga nggak
dihadirkan untuk membuat kita trauma untuk jatuh cinta lagi. Tapi untuk
dijadikan pengingat sebelum kita siap melangkah menuju cinta di masa depan.
Luka tersebut hadir sebagai bekal supaya kita menjadi orang yang lebih bijak; tidak
egois (seperti saat kita masih kecil), dan tidak acuh tak acuh pada perasaan
orang lain.
Oleh karena itu, jadilah berani. Jangan pernah menutup hati hanya untuk merasa aman. Jangan pernah menjauh hanya karena takut terluka lagi. Bersiaplah setiap saat untuk jatuh cinta dan terluka. Anggaplah bahwa ketika kalian memulai kisah baru dengan orang baru, maka akan ada pelajaran dan bekal baru yang kalian dapat. Semakin banyak pengalaman yang kalian rasakan, maka kalian akan semakin kaya. Kalian akan semakin siap mengarungi cinta di masa depan.
Oleh karena itu, jadilah berani. Jangan pernah menutup hati hanya untuk merasa aman. Jangan pernah menjauh hanya karena takut terluka lagi. Bersiaplah setiap saat untuk jatuh cinta dan terluka. Anggaplah bahwa ketika kalian memulai kisah baru dengan orang baru, maka akan ada pelajaran dan bekal baru yang kalian dapat. Semakin banyak pengalaman yang kalian rasakan, maka kalian akan semakin kaya. Kalian akan semakin siap mengarungi cinta di masa depan.
Karena cinta
di masa depan akan lebih berat daripada cinta di masa kini.
Cinta di masa depan
tidak hanya menggabungkan dua insan, tetapi juga menggabungkan dua keluarga.
Cinta di masa depan bersifat selamanya; dia tidak main-main.
Cinta di masa
depan berbicara mengenai perjuangan yang tidak sederhana antara dua manusia.
Maka itu, berhati-hatilah selama kita masih berada di cinta masa kini.
Berhati-hatilah dalam memilih cinta, sebelum kita memutuskan untuk berpindah ke
cinta di masa depan. Jadilah bijak dalam menerima setiap pelajaran yang
diajarkan cinta masa kini; karena suatu hari nanti kita akan membutuhkannya
sebagai cermin untuk menentukan langkah.
3 comments:
aduh sita postnya cinta cintaan :D :D
Lagi pengen, tur hahahaha
owh kode niih lagi pengen cinta cintaan hhahaha
Post a Comment