Monday, June 30, 2014

The Limitless Spirit Behind Limitedness

Posted by Santa Maya Pramusita at 8:17 PM

"Duh, kok badan gue gini banget sih? Rampingan dikit napa.."
"Ah, nyokap gue nyebelin! Bisanya ngekang doang!"
"Gue kali ini bolos sekolah aja, deh! Tugasnya banyak, males ngerjain."

Ada nggak di antara kalian yang mengutarakan keluhan-keluhan semacam itu? Ngerasa kurang puas dengan anggota tubuh sendiri yang dirasa kurang begini-begitu, ngerasa sebel sama orang tua, ngerasa bosen sekolah... Kalo ada, mungkin kalian perlu berkenalan dengan sahabat-sahabat kecil gue ini. Mereka akan menyadarkan kalian betapa beruntungnya hidup kalian sebenarnya.

Beberapa waktu yang lalu, gue, temen-temen gereja, dan anak-anak sekolah minggu di gereja gue merayakan paskah bersama anak-anak Panti Asuhan Diakonia, Bawen. Bagi gue, ini adalah sebuah kesempatan yang luar biasa karena berkunjung ke Panti Asuhan adalah hal yang sangat sangat sangat gue inginkan beberapa tahun belakangan ini. Kecintaan gue dalam mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan anak kecil membuat gue tergerak untuk mengunjungi mereka yang tumbuh besar tanpa perhatian orang tua. Gue pengen liat gimana kehidupan mereka disana sekaligus memperhatikan karakter masing-masing anak (yang kemudian akan gue bandingkan, apakah sama dengan anak-anak yang tumbuh besar dalam sebuah keluarga).

Sesampainya disana, ibu pengurus panti langsung mempersilahkan kita masuk aula. Selama perjalanan menuju aula, mata gue takjub melihat pemandangan yang nggak biasa; di samping kanan-kiri gue, beberapa remaja lagi kerjasama ngebersihin panti. Ada yang ngerapiin tanaman, nyangkul tanah, angkat-angkat pot gede. Somehow, gue salut banget ngeliat mereka. Mereka punya rasa solidaritas yang tinggi. Nggak egois, nggak gengsi.:))

Begitu masuk ke aula, keadaan udah sesak dengan anak-anak sekolah minggu dan anak-anak panti asuhan yang lari kesana-kemari. Gue selalu suka dengan suasana seperti ini. Gue suka polosnya anak kecil ketika bermain. Dan gue suka cara mereka memandang dunia... seolah nggak ada beban.
Sepanjang ibadah, gue berusaha mendekatkan diri sama anak-anak di panti ini. Beberapa dari mereka ramah, periang, dan gampang bergaul sama orang baru (mungkin karena mereka udah biasa dengan situasi seperti ini ya). Tapi nggak jarang juga ada anak-anak yang pendiam. Mereka kayak menutup diri. Tipe-tipe anak kayak begini harus banget dideketin dan diajak ngobrol terus. Setelah beberapa saat biasanya kekakuan mereka bakal mencair.

Mereka lagi asik mewarnai :)
Hasil gambar salah satu anak panti. Keren banget!
Satu hal yang bikin gue tambah terharu disini adalah... mereka saling menjaga satu sama lain. Saling merawat. Kayak sahabat gue yang ada di foto dibawah ini, namanya Kevin. 


Dari luar memang dia terkesan nakal, susah diatur, dan kadang suka jahil. Tapi gue tau bahwa sebenernya dia anak yang perhatian. Gue tau bahwa dia berbuat begitu karena ingin diperhatikan. Buktinya setelah gue deketin bener-bener dan gue ajak ngobrol, dia bisa sedikit nurut.

Selain Kevin, ada juga sahabat gue yang luar biasa... Namanya Samuel.



Tanpa perlu gue jelaskan lagi, kalian pasti udah bisa menebak bagaimana keadaan fisik Samuel. Dibalik keterbatasannya, Samuel adalah anak yang periang. Dia nggak minder dengan keadaannya. Dia suka banget minta digendong dan.. dia bakal nempel ke orang yang bawa kue karena dia suka banget kue. :')
Samuel juga anak yang perhatian.Bayangin aja, sebelum masuk ke ruang makan, dia nyempetin diri buat menghampiri gue dan ngajak gue makan bareng. Saat itu juga, gue speechless (sekaligus nahan air mata biar nggak jatuh saking terharunya).

Kalo sahabat gue yang ini, namanya Pia.


 Gue pertama kali ketemu dia waktu lagi nata barang-barang sumbangan. Dengan ramahnya, Pia menghampiri gue dan ngajak ngobrol. Awalnya dia tanya tentang barang-barang itu, terus lama-lama cerita soal temen-temennya di panti asuhan. Pia mungkin hanya punya satu mata untuk melihat, tapi gue percaya dia punya mata hati yang sempurna untuk melihat dunia. Dari cerita-ceritanya, gue bisa menilai bahwa Pia termasuk anak yang peduli banget sama teman-temannya. Dia juga menerima dengan tulus kekurangannya.

Oya, by the way, ada nggak diantara kalian yang pernah ngerasa males kuliah atau sekolah? Karena tugasnya berat, akhirnya mutusin buat bolos dan milih buat nongkrong aja? To be honest, gue pernah. Gue pernah ngerasa males kuliah gara-gara tugas yang numpuk. Gue pernah suatu kali bolos pelajaran dan milih nongkrong di kantin, pas masih SMA. However, pertemuan gue dengan sahabat-sahabat gue dibawah ini bikin gue tertampar.


Di suatu kesempatan, gue ngobrol dengan mereka. Gue cerita tentang bagaimana kuliah itu (biar mereka punya gambaran). Gue juga cerita tentang teman-teman gue yang pintar, yang dapet beasiswa akademik, tanpa harus bayar kuliah. Mereka antusias banget ngedengerinnya, dan gue mendadak kaget ketika salah satu dari mereka tanya;
"Kak, nilaiku di sekolah biasa aja, tapi aku punya bakat nggambar. Aku masih bisa kuliah kan?"
Tanpa ragu lagi, gue langsung meyakinkan mereka. "Bisa. Asal kalian rajin belajar, semangat sekolahnya, pasti Tuhan kasih jalan." jawab gue.
Ya. Semangat mereka memang luar biasa. Walaupun keadaan mereka di panti ini serba terbatas, itu nggak melunturkan cita-cita mereka. Gue jadi sadar. Harusnya gue, yang notabene bisa sekolah bahkan kuliah, lebih bisa bersyukur lagi. Nggak males-malesan lagi. Dan nggak gampang patah semangat.

Mereka semua memang sahabat sekaligus pelajaran yang paling berharga untuk gue. Mulai hari itu, gue jadi suka main ke panti asuhan Diakonia. Hanya untuk sekadar berbagi berkat dan cerita kepada mereka. Dan ini foto-foto sahabat gue yang lain, yang nggak bisa gue ceritakan satu persatu;

Sama iyut :D
Jimmy!
Makan siang bareng mereka :')
Jadi.. apakah kalian masih merasa nggak beruntung? :)))

0 comments:

Post a Comment

Blogger Widgets
 

The Journal Of Life Journey