Sunday, December 29, 2013

Serdadu Rindu

Posted by Santa Maya Pramusita at 11:20 PM
Ketika rindu tak harus beradu, di saat itulah semesta mengadu



Seandainya aku memiliki pilihan,
mungkin aku memilih untuk tidak melalui hari ini. Mungkin..
Aku terlalu lelah untuk menyimpan semuanya rapat-rapat.
Aku bosan menasehati hati yang selalu menginginkan sua.
Dia bodoh. Tak bisa menahan rindu yang mendobrak banker persembunyian.
Hingga akhirnya sang rindu menyeruak pada dinding-dinding pertahanan diri.

Pagi ini, semesta berkonspirasi. Aku tahu benar.
Ia merangkai hal-hal kecil lalu mengaitkan semuanya padamu,
kemudian ia mengetuk pintu hariku dan menghadirkan bayangan-bayangan kecil
Tentangmu...
Mata cokelatmu, tawa hangatmu, perbincangan renyah itu,
Bolehkah aku membakarnya saja? Mencabik-cabik semua lalu membuangnya jauh-jauh dari otakku.
Kau mungkin tak tahu seberapa besar makna yang menderaku -- atau mungkin memang tak mau tahu.
Tapi dengarkanlah rintihan ini, sebentar saja. 
Maka kau akan tahu bahwa... sekelilingku telah menjelma menjadi dirimu.
Awan-awan yang bergelantungan adalah wajahmu. Desiran angin adalah suaramu.
Perbincanganku dengan orang-orang adalah perbincangan kita (dulu) -- ketika semuanya belum banyak berubah.
Topik yang mereka pilih adalah apa yang pernah kita debatkan.
Pandangan masa depan yang kini aku putuskan, adalah apa yang dulu kau utarakan padaku.
Semua lagu-lagu yang menemaniku siang ini adalah wakil dari setiap keping rasaku untukmu, entah itu di masa lalu atau masa kini.

Hingga akhirnya, senja menyadarkanku... 
mungkin aku hanya terlalu rindu.
Aku terlalu rindu berada di pusat duniamu. Aku rindu menjadi prioritasmu (kembali).
Aku rindu mendapati engkau berlabuh di pundakku, untuk sekedar melepas penat.
Dan mungkin aku merindukan kita, sekaligus merindukan jalinan yang pernah kita pintal...
Rindu yang hanya satu mili besarnya hari ini berkoloni menjadi giga.
Dia lalu merasuk kedalam vena, menjalar, dan merasuki setiap aliran darah.
Aku hanya termangu mendapatinya. Membiarkan serdadu rindu menggerogoti tubuhku perlahan.
Karena memang aku tak tahu harus berlari kepada siapa.

Aku tak mungkin berlari ke arahmu; sang langit melarang...
Ia berkata akan menghukumku bila aku membangkang.
Maka biarlah malam yang menyampaikan pesan ini kepadamu,
melalui celah-celah kelambu rumahku,
dengan bertemankan cahaya purnama pada kelabu.

2 comments:

Unknown on 12/29/2013 said...

so awesome

Santa Maya Pramusita on 12/30/2013 said...

Thanks a lot, dude!

Post a Comment

Blogger Widgets
 

The Journal Of Life Journey