Wednesday, December 25, 2013

Sekelumit Kenangan

Posted by Santa Maya Pramusita at 9:51 PM
 Sejauh apapun kau pergi, kenangan tidak akan pernah mati

  
Hari itu... ketika mentari belum menghilang di sudut senja,
Kita habiskan hari di ujung telaga, tanpa peduli pada jelaga yang tergenang.
Tawa berdentang nyaring diantara jiwa-jiwa kecil nan lugu.
Jiwaku, jiwamu, jiwanya, dan mereka.
Lalu kau menyelam pada kedalaman, berusaha menahan napas yang memberontak keluar.
Aku terenyak dan kupanggil namamu yang lalu muncul ke permukaan secara mengejutkan.
Lantas aku tertawa, tanpa pernah menyadari bahwa suatu hari nanti semua akan terulang,
dengan suasana berbeda... dan tahun yang berbeda, tentunya.

Masih ingatkah kau?
Ketika kita semua berkumpul, menikmati waktu yang berjalan tak secepat biasanya.
Aku masih setinggi pohon anggur kala itu. Dan kau hanyalah beberapa centi diatasnya.
Kita -- aku, kau, dia, dan mereka -- saling belajar mengenai hal yang mungkin akan kita lakukan kelak, ketika dunia menjadi lebih serius.
Tanpa berbekal ilmu secukupnya, namun berani mencoba layaknya orang dewasa.
Aku masih jelas mengingatnya. Kurun waktu 10 tahun bukanlah sesuatu yang sanggup menghapus memori.
Bahkan aku masih ingat bagaimana rasa nasi goreng kuning buatan anak berumur 14 tahun, buatanmu.
Aku juga masih ingat setiap eksperimen itu. Minuman dan makanan yang kita ciptakan sendiri, dengan menomorduakan rasa.

Hingga suatu hari kau bertamu ke rumahku.
Dan kita lalui waktu yang lagi-lagi berjalan lambat itu, berdua.
Semuanya kini sedang tergambar dibenakku. Sebuah masa dimana dengan sabar kau menemaniku bermain lempar koin, pukul buaya, dan semua permainan yang tersedia di arena.
Kau tahu? Pada saat itu, aku merasa semuanya benar -- seperti apa yang kuinginkan. Aku merasa memiliki kakak laki-laki, sosok yang selalu aku idamkan. Saat itu pula aku bersyukur, betapa baiknya Tuhan telah mengijinkanku merasakannya.

Saudaraku...
Bila semua kenangan itu bisa divisualisasikan, mungkin hari ini sudah berkali-kali aku menekan tombol 'previous' pada remote,
Lalu mengulang setiap adegan di dalamnya sembari berteman tawa bahkan tangis.
Mungkin juga aku akan menekan tombol 'screenshots' pada bagian yang kusukai, dan menyimpannya rapat-rapat di sebuah album.
Namun, siapalah aku ini? Hanya seorang gadis biasa yang tak punya kuasa.
Termasuk kuasa untuk menghalau takdir yang mengharuskan kau pergi.
Maaf, bila pintamu belum sempat kuturuti. Aku tahu kau menderita, tapi akan jauh menderita bila saat itu aku bertindak dan memenuhi keinginanmu.
Maaf, bila aku dan mereka belum bisa menjadi adik yang baik untukmu.
Tapi, percayalah... kita semua disini kehilanganmu.

Selamat jalan, saudaraku...
Beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya. Berbahagialah pada hidup abadimu.
Kelak waktu akan mempertemukan kita kembali,
pada sebuah kedamaian yang tak bisa ditemukan di belahan bumi manapun.

Sampai jumpa disana, suatu hari nanti....

0 comments:

Post a Comment

Blogger Widgets
 

The Journal Of Life Journey