Tuesday, May 14, 2013

Perempuan Dalam Mimpi [Episode 3]

Posted by Santa Maya Pramusita at 5:03 PM

Aku menyadari bila tak ada yang abadi dalam panggung kehidupan ini. Aku menyadari bila semua hal mempunyai batas waktu. Tapi mengapa batas waktu hidupnya sangat singkat? Berkali-kali kusalahkan Tuhan atas kematian perempuan yang aku cintai itu. Mengapa tak Kau kuatkan tubuhnya sampai aku mengingat segalanya? Mengapa tak Kau ijinkanku melihat dirinya untuk terakhir kali? Mengapa tak Kau sembuhkan saja dia, Tuhan? Kupukul setir yang ada di depanku perlahan. Mencoba meluapkan apa yang mengganggu otakku malam ini. Kepalaku terasa pening, emosiku naik mencapai ubun-ubun. Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk langsung merobohkan diri di sofa.

“Selamat malam, Pak.” Sapa Bi Surti -pengurus rumahku- seraya menundukkan badan. “Tadi ada seorang wanita datang kemari. Ia menitipkan sesuatu untuk bapak.”
“Wanita? Siapa,Bi?”
“Maaf, Pak. Saya tidak sempat menanyakan namanya, karena ia sangat terburu-buru. Ia hanya menitipkan ini.” Bi Surti memberikan sebuket bunga berwarna coklat keemasan padaku. Bunga Edelweiss?

Satu jam kemudian, kudapati diriku tengah termangu di kamar sambil memandang bunga kesukaanku itu. Bunga yang tak pernah bisa mati, dan disebut-sebut sebagai lambang cinta abadi. Letaknya hanya ada di dataran tinggi, itulah sebabnya dulu aku sering mendaki gunung demi mendapatkannya. Edelweiss pertama yang  aku petik berasal dari puncak Merbabu. Dan tentu saja, aku menghadiahkannya pada orang yang sangat aku cintai. Kirana. Bicara soal Kirana, hatiku kembali berselimut pilu. Tadi Bi Surti menerangkan padaku ciri-ciri wanita yang memberikan bunga ini. Ciri-cirinya mirip sekali dengan Kirana. Sepertinya memang dia yang berkunjung ke rumahku tadi. Terimakasih atas edelweiss cantik yang kau berikan, Kirana.
Baru saja hendak kuletakkan bunga itu ke dalam vas, tiba-tiba sebuah gulungan kertas jatuh melalui sela-sela tangkainya. Apa ini? Kupungut gulungan kertas itu setelah menaruh bunga. Aku lalu duduk di tepi kasur dan membukanya. Satu detik kemudian dadaku terasa kebas. Aku kenal betul tulisan ini! Tulisan yang menyerupai font italic ini adalah tulisan Kirana. Di kertas itu, ia menulis deretan angka 11-1-12-21-14-7. Keringat dingin mulai membasahi pelipisku. Sepertinya benar-benar ada sesuatu yang ingin Kirana sampaikan. Apakah kedatangannya akhir-akhir ini untuk meminta pertolongan? Entahlah. Malam ini kuputuskan untuk tidak tidur sebelum memecahkan segalanya.
Pikiranku menerawang jauh sambil menerka-nerka arti angka tadi. Berdasarkan penuturan Chandra, Kirana meninggal pada sebelas januari 2012. Tanggal 11, bulan 1, di tahun ke 12 pada abad 21. Sesuai dengan empat angka pertama. Tapi apa hubungannya dengan dua angka terakhir? Tidak, sepertinya tidak ada. Mungkin bukan itu maksudnya. Kukerahkan seluruh energiku untuk kembali berpikir. Lantas kucoba menghubungkan angka-angka itu dengan alphabet. Apakah angka 11 melambangkan huruf K.. Lalu 1 melambangkan A.. 12 untuk L.. 21 untuk U, dan.. Hey! Ternyata deretan angka itu membentuk sebuah kata. K-A-L-U-N-G. Iya, kini aku tak salah lagi! Kira-kira ada apa dengan sebuah kalung? 
Aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka kembali foto-fotoku dengan Kirana di handphone. Setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata Kirana selalu menggunakan kalung berliontin hati pada setiap foto. Kalau tidak salah, itu adalah kalung kesayangannya yang didapatnya dengan harga mahal. Hati kecilku mendadak berkata, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan kalung kesayangan Kirana. Apalagi setelah kuingat bahwa dalam mimpi-mimpiku, Kirana tak pernah memakai kalung.  

Check the first episode in here
And the second episode in here
#FlashFictionBersambung @Benzbara 

2 comments:

D on 5/14/2013 said...

Ada namaku :D

Santa Maya Pramusita on 5/15/2013 said...

:)))

Post a Comment

Blogger Widgets
 

The Journal Of Life Journey